Senin, 25 November 2013

Cara Upload dan Download lewat Sribd

ANDA INGIN MENGUPLOAD DAN DOWNLOAD SESUKA HATI..???


Kadang kita kebingungan bagaimana menyimpan dan berbagi  data ke orang lain. saat ini banyak disediakan fasilitas yang mungkin sering terlewatkan. masuk aja ke disini.

 Diatas adalah bentuk muka dari scribd yang akan kita kelola. Ini ada link yang mungkin bisa buat referensi agan buat ngupload data anda. klik disini.

Selamat mencoba....!!!

TRIK MENGETAHUI ASLI - PALSUNYA NOMOR IMEI PONSEL ANDA

Cara Mengetahui Nomor IMEI Ponsel
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika yang akan melakukan tindakan tegas terhadap keberadaan banyaknya ponsel ilegal dari berbagai merek di pasaran, yaitu dengan cara mematikan sinyal ponsel ilegal tersebut. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bersama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Kementerian Perdagangan, serta didukung oleh para pimpinan dari seluruh operator telekomunikasi di Indonesia untuk memblokir nomor International Mobile Equipment Identity (IMEI) ponsel ilegal.
Cara Mengetahui Nomor IMEI Ponsel Asli dan Palsu
Terkait dengan rencana pemblokiran terhadap ponsel dengan IMEI ilegal oleh pemerintah tersebut didasari dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 82/M.DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Telepon Seluler, Komputer Genggam dan Komputer Tablet. Sementara pemblokiran ponsel dengan nomor IMEI ilegal itu sendiri akan dilakukan secara bertahap dalam waku setahun sejak Kamis, 4 Juli 2013.

Sementara itu pemberitaan terkait pemblokiran ponsel dengan IMEI palsu telah mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat saat ini. Sebab banyak diantara kalangan masyarakat pengguna ponsel ternyata belum terlalu familiar dengan keberadaan nomor IMEI, sehingga sangat sulit untuk membedakan antara produk ponsel asli dan palsu.

Seperti diketahui bahwa IMEI sendiri adalah identitas ponsel yang beredar di seluruh dunia yang tidak akan sama satu dengan yang lainnya kecuali bila seorang produsen berani berulah untuk memalsukan salah satu ponsel. Lalu bagaimana cara mengetahui nomor IMEI ponsel yang asli dan palsu tersebut?

Berikut ini adalah beberapa cara mengetahui nomor IMEI ponsel ilegal dan legal dari berbagai situs internet:

1. Melihat Nomor IMEI Langsung di Bagian Belakang Ponsel
Melihat nomor IMEI ponsel dengan cara ini merupakan cara manual yang dapat Anda lakukan. Cobalah perhatikan secara teliti di balik perangkat ponsel Anda yang akan menyertakan 15 digit nomor IMEI.

2. Menekan tombol *#06#

Setiap ponsel dari merek apapun akan langsung mengeluarkan 15 digit nomor IMEI pada layar Anda, ketika mengetikkan tombol *#06#, sementara untuk mengetahui keaslian dari ponsel tersebut bisa diketahui secara online melalui situs Numberingplans.com

Melalui situs tersebut, Anda akan diminta untuk memasukkan 15 digit kode IMEI melalui kolom isian "Enter IMEI number below". Masukkanlah 15 digit IMEI ke dalamnya dan klik "Analyse". Dengan cara terebut, maka egala informasi mengenai ponsel Anda mulai dari produsen, tipe handset, hingga tanggal penjualan akan kelihatan.

Bila informasi yang didapat dari situs itu cocok dengan keberadaan perangkat yang Anda miliki maka ponsel Anda terjamin keasliannya. Namun, jika tidak cocok maka Anda harus mengkonfirmasi ulang dari pihak Anda membelinya sebelum terlambat.

Rabu, 09 Oktober 2013

"Makalah Filsafat Pendidikan Islam dan Barat"



FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dan Barat
Dosen Pembina
Prof. H. Fauzan Saleh, MA., Ph.D
Dr. Muniron, M.Ag








 














Oleh:
Akhmad Rudi Masrukhin
NIM. 0849120039


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
STAIN JEMBER

April, 2013 




DAFTAR ISI



 Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ....   ii

I.                    PENDAHULUAN........................................................................................................      1
A.      Latar Belakang Masalah...................................................................................      1
B.      Perumusan Masalah..........................................................................................      2
C.      Tujuan Penelitian...............................................................................................      2

II.                  PEMBAHASAN..........................................................................................................      3
A.      Teori Pengetahuan Islam Klasik Al Kindi (801-873 M.).....................................      3
1.      Biografi Al Kindi...........................................................................................      3
2.      Filsafat Al Kindi............................................................................................      4
3.      Karya-karya Al Kindi....................................................................................      5
B.      Teori Pengetahuan Islam Klasik Al Farabi (870-950 M.)..................................     6
1.      Biografi Al Farabi........................................................................................      7
2.      Filsafat Al Farabi..........................................................................................      8
3.      Karya-karya Al Farabi..................................................................................     12
C.      Teori Pengetahuan Islam Klasik Ibn Sina (980-1037 M.)..................................     13
1.      Biografi Ibn Sina..........................................................................................     13
2.      Filsafat Ibn Sina...........................................................................................     14
3.      Karya-karya Ibn Sina....................................................................................     18

III.                KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... ..................    20
A.      Kesimpulan..................................................................................... .... .............    20
B.      Saran-saran..................................................................................... ..................    20

DAFTAR PUSTAKA





BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk. Namun penilaian ini hanya bisa dilakukan oleh orang lain yang melihat kita. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan tuntas, dan pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah pengetahuan yang disebut filsafat. Filsafat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Kemungkinan filsafat bisa juga disebut dengan apresiasi. [1]
Wujud dari apresiasi dari buah pikir manusia inilah yang nantinya akan melahirkan sebuah proses transformasi pengetahuan  yang disebut sebagai dasar konsep-konsep pendidikan.
Pendidikan itu sendiri senantiasa memberi saham yang besar dalam membina kemegahan dan kemajuan semua umat manusia. Pendidikanlah yang menciptakan kekuatan-kekuatan yang mendorong untuk mencapaitujuan yang diinginkan. Berbicara tentangpendidikan, pengertian Pendidikan secara global adalah usaha sadar dan terencana yang bertujuan membentuk atau mengembangkan potensi suatu individu dari keadaan yangkurang tahu akan sesuatu menjadi keadaan yang mengerti atau paham tentang sesuatu hal.
Disadari atau tidak pendidikan adalah modal utama suatu bangsa (ummat) jika bangsa tersebut ingin tetap survive dan bisa bersaingdengan bangsa lain. Karena melalui pendidikanlah yang dapat menghasilkan individu-individu yang mampu membawa perubahan pada bangsa. Kemudian untukmembentuk individu yang sempurna yangtidak hanya memiliki kemampuan intelegensItinggi, tetapi juga harus memiliki kemampuan spiritual yang memadai. Untuk itu pendidikanIslam patut mendapat perhatian yang penuhdari pihak atau orang-orang yang bekerjadalam lapangan pendidikan. Pendidikan Islamselain meninggalkan peninggalan-peninggalanyang abadi di bidang akhlak, agama, tradisi,ilmu pengetahuan dan kesenian yang telah dijelaskan seluk beluk dan isi kandungan oleh ahli sejarah, ia juga telah meninggalkan peninggalan-peninggalan yang masih memerlukan pembahasan, seperti dalam bidang tujuan, teori, sistem-sistem, metode-metode pendidikan, yang itu masih berpengaruh dalam pembentukan pemikiran kita. [2]
Berdasarkan konsep Islam tentang manusia tersebut yang diaplikasikan ke dalam konsep pendidikan Islam, yang dalam kaitan ini kelihatan sesungguhnya pendidikan Islam itu adalah pendidikan yang berkesinambungan.
“Education should aim at the balanced growth of the total personality of Man trough the training of Man’s spirit, intellect, the rational self, feelings and bodilly senses.” (conference on Muslim Education:4)[3]
Di sisi lain ternyta masih banyak pula PR mengenai problem dan disorientasi tujuan pendidikan saat yang tidak hanya menjadi sebuah wacana saja namun patut kiranya perlu mendapat tindak lanjut solusi untuk mengentaskan masalah tersebut.
Maka dari itu , penulis merasa tepat kiranya untuk mencoba mengelaborasikan fenomena tersebut dalam sebuah karya ilmiah sederhana yang disentesiskan dengan konsep-konsep dari dari para tokoh sumber yang relevan tentang hakikat tujuan pendidikan.

B.      Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang topik diatas maka dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.      Bagaimanakah pengertian tujuan pendidikan?
b.      Bagaimanakah Pandangan Para Filosuf  tentang Hakikat Tujuan Pendidikan?
c.       Apakah hakikat tujuan pendidikan Islam dan ragamnya?
d.      Apakah contoh  problematika dan disorientasi pendidikan saat ini?

C.      Tujuan
Makalah ini ditulis dengan  satu tujuan, yakni:
a.      Untuk mengetahui pengertian tujuan pendidikan;
b.      Untuk mendiskripsikan pandangan para filosuf tentang hakikat tujuan pendidikan;
c.       Untuk mengetahui hakikat tujuan pendidikan Islam dan ragamnya;
d.      Untuk mengetahui contoh problematika dan disorientasi pendidikan saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Tujuan Pendidikan
1.      Pengertian Tujuan Pendidikan secara Terminologis
Adapaun Secara Terminologis tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam[4]
Tujuan pendidikan biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan akhir (ultimate aims of education). Secara umum tujuan pendidikan ialah kematangan dan integritas pribadi. Ada pula yang merumuskan dengan kata kesempurnaan (perfection). Bagi kaum Naturalis, dengan tokohnya JJ. Rousseau, menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah self-realisasi potensi-potensi manusia menjadi kenyataan di dalam tindakan yang nyata. Seperti dikatakan Rousseau :
... education should aim to perfect the individual in all his powers ..., the education is not to make a soldier, magistrate, or priest, but to make a man.

Maksudnya pendidikan harus bertujuan untuk menyempurnakan semua potensi individu..., pendidikan bukan bertujuan untuk membina manusia menjadi prajurit,  seorang hakim, melainkan untuk membina seseorang menjadi manusia. [5]

2.      Pengertian Tujuan Pendidikan secara Epistimologis
Secara Epistemologis Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[6]

3.      Pengertian Tujuan Pendidikan secara Ontologis
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT,
Artinya : ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56).

Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin bahwa insan kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qur’ani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religious, budaya dan ilmiah. Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagian pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia.
Banyak sekali sebetulnya apa yang dikemukakan oleh para ahli muslim, tapi kesemuanya pada esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (Khalifatullah Fi Al-Ardhi). Imam Al-Gazali (w.1111 M) sebagaimana disimpulkan oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam:
1.      Untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan
2.      Sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

B.      Pandangan Para Filosuf  tentang Hakikat  Tujuan Pendidikan
   Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Para filosuf klasik lebih dahulu mengemukakan pandangan berbeda-beda mengenai tujuan pendidikan, antara lain:
1.      Plato (427-347 SM)
Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan.
2.      Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles menganggap kebahagiaan sebagai tujuan dari pendidikan yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat dan total, meliputi aspek jasmaniyah, emosi, dan intelek. Ia juga mengakui bahwa kebahagiaan tertinggi adalah “kehidupan berpikir”.
3.      Thomas Aquinas
Thomas berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap –tiap individu. Seorang guru bertugas untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak didik agar menjadi aktif dan nyata.[7]
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka berkembang pula berbagai analisa ilmiah yang memunculkan teori-teori  baru mengenai filsafat pendidikan.
Menurut John Dewey tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan kesejahteraan bersama secara bebasn dan maksimal.
Menurut Freire hakekat tujuan pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan teknik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan sesuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan bjektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan,.
YB. Mangunwijaya beranggapan bahwa pendidikan haruslah berbasis realitas sosial.  Kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha pemuliaan. [8]
Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan manusia. Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan) adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.

C.      Hakikat Tujuan Pendidikan Islam dan Ragamnya
1.      Hakikat Tujuan Pendidikan Islam
     Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Kita sulit membayangkan dalam benak, jika suatu kegiatan tanpa memiliki kejelasan tujuan. Demikian pentingnya tujuan tersebut tidak mengherankan jika dijumpai kajian yang sungguh-sungguh di kalangan para ahli mengenai tujuan tersebut. Hal itu bisa dimengerti karena tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat signifikan. Ahmad D. Marimba, menyebutkan ada empat Fungsi  tujuan pendidikan :
a.      Tujuan berfungsi mengakhiri usaha.
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa. Selain itu,usaha permulaan dan mengalami pula akhirnya. Ada usaha yang terhenti karena suatu kegagalan sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha tersebut belum dapat disebut berakhir, karena suatu usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah tercapai.
b.      Tujuan berfungsi mengarahkan usaha.
Tanpa adanya antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi dan kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien.
c.       Tujuan berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.
Yaitu tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari satu segi tujuan tersebut dapat mempengaruhi dinamika dari usaha itu.
d.      Tujuan memberi nilai (sifat) pada usaha itu.
Ada usaha-usaha yang tujuannya lebih luhur, lebih mulia, lebih luas dari usaha-usaha yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam rumusan setiap tujuan selalu disertai dengan nilai-nilai yang hendak diusahakan perwujudannya.[9]
Mengutip Sayyid Quth, bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang yang baik (Al-Insan Al-Shalih) yang sudah pasti bersifat universal dan sudah pasti diakui semua orang dan semua aliran tanpa mempersoalkan di manapun negerinya dan apapun agamanya. Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. Dengan ini pula keutamaan itu akan merata dalam masyarakat.
Pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam adalah :
1.          Membentuk manusia beraqidah (Tarbiyah 'Aqidiyah)
2.          Membentuk manusia beraklak mulia (Tarbiyah Khuluqiyah)
3.          Membentuk manusia berfikir (Tarbiyah Fikriyah)
4.          Membentuk manusia sehat dan kuat (Tarbiyah Jismiyah)
5.          Membentuk manusia kreatif, inisiatif, antisipatif, dan responsive (Tarbiyah Amaliyah).[10]
Jadi pada dasarnya hakikat pendidikan disini adalah upaya melestarikandan mempertahankan khazanah pemikiran ulama sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab mereka.
2.      Ragam Tujuan Pendidikan
  Ada beberapa ragam  tujuan pendidikan menurut Islam yaitu :
a.      Tujuan umum
Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. An Nahlawy menunjukkan empat tujuan umum dalam pendidikan Islam yaitu :
1)      Pendidikan akal dan persiapan pikiran.
2)      Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak.
3)      Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
4)      Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat manusia.[11]
b.      Tujuan akhir/ Tertinggi
yaitu terwujudnya ”insan kamil” (manusia paripurna). Menurut Al Abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi :
1)      Pembinaan akhlak.
2)      Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3)      Penguasaan ilmu.
4)      Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Menurut Asma Hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi:
1)      Tujuan keagamaan.
2)      Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3)      Tujuan pengajaran kebudayaan.
4)      Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan Islam menjadi :
1)      Bahagia di dunia dan akhirat.
2)      Menghambakan diri kepada Allah.
3)      Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4)      Akhlak mulia.
   Bila tujuan pendidikan seperti apa yang disampaikan oleh Asma Hasan al Fahmi dan Munir Mursi, maka tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29: “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”.
Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan  akhir dari pendidikan Islam.[16]
c.       Tujuan Sementara
yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Atau tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Maksudnya yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.[12]
d.      Tujuan Operasional
Adapun yang dimaksud tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang dicapai melalui kegiatan pendidikan tertentu.[ 18]
      Sedangkan di dalam Tujuan Pendidikan Islam,  Marimba mengemukakan dua macam tujuan, yaitu :

a.      Tujuan sementara
Yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Maksudnya yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.

b.      Tujuan akhir
Yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang terdiri dari aspek-aspek kejasmaniahan, aspek-aspek kejiwaan dan aspek-aspek kerohaniahan yang luhur. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terciptanya insan kamil .Menurut Muhaimin bahwa insan kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qurani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religious ,budaya dan ilmiah.
Sedangkan Abdul Fatah Jalal mengelompokkan tujuan pendidikan Islam menjadi :
a.      Tujuan umum
Yaitu menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT., yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asma Allah SWT dengan meneladani Rasulullah SAW, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.  Seperti tercermin Dalam Q.S Al-Muddasir: 1-3, Al-”alaq: 1-5, Az-Zariyat: 56-58, al-Baqarah: 21, Al-Anbiya’: 25, An-Nahl: 36. Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.
Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat al Dzariyat ayat 56: “Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku


b.      Tujuan khusus
Yaitu  perincian dari tujuan umum. Atau pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/ terakhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/ terakhir dan umum itu. [13]
Adapun rincian tujuan Tujuan khusus antara lain :
1)      Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan perkembangan rohaniah, emosional, sosial, intelektual dan fisik
2)      Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim
3)      Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar. Ketiga hal tersebut menjadi salah satu tujuan khusus yang hendak dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.[14]
Dari sini dapat diketahui bahwa pada prinsipnya manusia adalah makhluk pendidikan yang artinya terus mengalami proses belajar sepanjang hayat (long live education)  yang tiada lain bertujuan untuk mencapai puncak kebahagiaan hidup. Terlebih lagi jika kita berani menjadi seorang pendidik maka kita tidak boleh berhenti mengenyam pendidikan (menambah ilmu).
Dalam konteks Islam tujuan puncak dari sebuah pendidikan adalah menjadi insan kamil sebagi hamba Allah yang ingin mendapatkan kesempurnaan di dunia maupun akhirat. 


[1] Farid Zulkarnain. (2012). “Pemikiran Filosof Muslim Periode Klasik” . Diakses  pada tanggal 1 oktober 2012. 22.26 WIB. http://faridzulkarnainduniailmu.blogspot.com/2012/01/pemikiran-filosof-muslim-periode-klasik.html
[2] Wangsa, Teguh Gandi, Filsafat Pendidikan, Madzhab-madzhab Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011 hlm. 67
[3] Daulay. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta. 2009. hlm 6
[4] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III .Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007, Hlm. 68.
[5] Munawir, dkk. Hakikat Manusia, dan Pendiikan Islam: PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. Accessed on: kamis, 4 April 2013
[6] http://paisnews.blogspot.com/2009/06/hakekat-tujuan-pendidikan-islam.html 
[7] http;//riezki.blogspot.com/2012/hakikat-tujuan-pendidikan.html., 12 Juni 2012

[8] HM.Arifin..Filsafat Pendidikan Islam, Cet. VI.Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2000. Hlm. 67-68

[9] Daulay. hlm 7
[10] http://kutiba.multiply.com/journal/item/6/PENDIDIKAN_ISLAM. html.
[11] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 .Jakarta: Kalam Mulia, 2006. 133.
[12] Ramayulis, 138.
[13] Ramayulis, 140
[14]. http://paisnews.blogspot.com/2009/06/hakekat-tujuan-pendidikan-islam.html